DESA MANTAR AHLI EKONOMI
Dari dulu hingga sekarang masyarkat desa mantar hanya bisa memetik hasil panen padinya satu kali dalam se-tahun, dikarenakan dengan letak sawah diatas bukit/gunung sehingga hanya satu musim saja bisa menanam padi yakni dimusim hujan dan berbeda dengan masyarakat desa lainnya yang bisa menanam dan memetik hasil panen padinya 2 sampai 3 kali dalam se-tahun. Dengan melihat sekilas kondisi itu dibenak penulis bahwa masyarakat desa mantar tidak cukup untuk bisa membiayai atau menghidupi keluarga-keluarga mereka.

BACA JUGA : Sejarah Desa Mantar

Masyarakat desa mantar yang memiliki penghasilan dibidang pertanian yang sebagian besar memilki sawah atau lokasi untuk menanam padi disetiap musimnya, tetapi ada juga yang tidak memiliki sawah sama sekali. Oleh karena itu dibenak penulis juga tersirat bahwa bagaimana mungkin masyarakat desa mantar yang tidak memiliki sawah bisa bertahan hidup?. Atas dasar itulah dengan kebiasaan atau adat budaya mereka dan keperimanusiaan masyarakat desa mantar yang kuat hingga bisa bertahan hidup.

Ada kebiasaan masyarakat desa mantar dari dulu hingga sekarang yang masih tetap dipertahankan dalam bercocok tanam hingga masa panen. Dimanmana ada yang dinamakan dengan “BESIRU’” dalam bahasa indonesianya adalah tolong menolong dalam bercocoka tanam atau system ekonominya, masyarakat yang tidak memiliki sawah bisa besiru dengan membantu dalam menanam atau investasi tenaga dan waktu, dan ketika musim panen yang tadi awalnya tidak memiliki padi tapi ketika panen setelah sudah meng-investasikan tenaga atau membantu (besiru’) juga mendapatkan padi/gabah yang diberikan oleh pemilik sawah. Dengan itu masyarakat desa mantar bisa bertahan hidup. Itulah salah satu keahlian masyarakat desa mantar sehingga bisa dikatakan AHLI EKONOMI.

BACA JUGA : Sejarah Albino di Desa Mantar

Selanjutnya, dikatakan masyarakat desa mantar sebagai AHLI EKONOMI dikarenakan ada pemikiran masyarakat mantar yang bisa penulis katakana sebagai kecerdasan dalam mengelolah hasil panen mereka. Hasil panen padi mereka berbeda dengan masyarakat lainnya yang mana ketika panen maka hasil panennya langsung dijual dan kadang-kadang dijual dalam keadaan masih basah belum lagi harga yang kurang baik/murah. Sedangkan masyarakat desa mantar hasil panen padinya tidak langsung dijual. Caranya ketika musim panen pertama hasilnya dipisahkan, ada yang dijadikan bibit untuk bercocok tanam lagi dimusim kedua dan sisanya di jemur/dikeringkan lalu disimpan di lumbung (rumah) padi untuk dijadikan bahan makanan selama setahun. Setelah musim tanam kedua, baru mereka menjualnya dan tentu dengan gabah/padi yang sudah kering dan harga yang tinggi dapat membuat keuntungan yang lebih dibandingkan dengan kebiasaan masyarakat lainnya.

Sehingga, itulah yang dijadikan latar belakang dengan kebiasaan dan kecerdasan masyarakat Desa Mantar bisa dikatakan sebagai masyarakat mantar AHLI EKONOMI.





*Hasil Wawancara Peserta KKN Undova 2015

3 Comments

Post a Comment

Previous Post Next Post

FEATURE