Desa Mantar Sumbawa Barat
Dari sejarah desa mantar bahwa pemimpin atau nene’ moyang desa matar adalah  Abdur Rakhman. Dulu dengan sekilas cerita, Abdur Rakhman  beserta anggota desa setempat (masih di dasa loka), bertani dan bercocok tanam di Ai’ Lekok bertahun – tahun. Penduduk pun bertambah, sehingga di lembah itu lahan untuk bertani menjadi sempit. Abdur Rakhman mikir, apakah di atas ini masih ada tempat yang lebih baik untuk bercocok tanam.





              Burung Gagak merupakan petunjuk Abdur Rakhman, karena dimana ada burung atau hewan lainnya pasti ada mata air. Sehingga suatu hari mendengar gagak seolah memberi isyarat bahwa di sana ada mata air yang lebih besar. Abdur Rakhman mengikuti jejak burung Gagak lalu menemukan  pohon beringin yang besar sekali dan di bawahnya terdapat mata air yang mengalir. Abdur Rakhman melihat di sekitar mata air itu, tanahnya rata dan luas lalu mengajak membuka lahan untuk dijadikan desa.

BACA JUGA : Sejarah Desa Mantar
              Perpindahan lokasi desa yang disebabkan didapatnya mata air, air tersebut diberi nama Ai’ Mante. Nama yang di ambil dari akhir nama Abdur Rakhman itu sendiri. Ai’ Mante berarti air pegunungan, yang mengalir begitu besar, bila musim hujan, bisa – bisa meluab yang menyebabkan banjir bandang.

              Desa yang semula berada di dekat bibir jurang, kini Abdur Rakhman mengajak hijrah ke tempat yang lebih baik dan dekat dengan sumber mata air yaitu Ai’ Mante. Desa yang di tinggalkan di beri nama Desa Loka’. Sedangkan Desa baru mereka di beri nama Mantar. Nama Mantar diambil dari nama Abdur Rakhman dan di sesuaikan dengan tanah yang datar yang ber-arti diatas gunung yang datar/ rata.  Tiada lagi gunung yang menghalangi pandangan.

              Abdur Rakhman sebagai pemimpin Desa Mantar, memikirkan cara untuk mengurangi deras Ai’ Mante. Benda pusaka bawaaan dari Bangka Belaq ada dua, Guci dan Gong. Gucci di tempatkan di Langar dan sekarang ditempatkan di Masjid An-Nur Mantar. Gong digunakan untuk menutupi mata Ai’ Mante ketika musim hujan datang.

BACA JUGA : Sejarah Albino di Desa Mantar

              Air Guci itu, biasanya menjadi air obat, lebih – lebih bila ada kebakaran dan konon cerita selama Gucci itu masih ada, mantar tidak akan pernah terbakar, air Guci bisa digunakan sesuai dengan niat bahkan bisa menjadi menjadi pintar dengan syarat mandi pada malam  Jum’at di bulan Muharram tanpa diketahui orang lain. Begitu pula dengan Ai’ Mante, airnya bisa dijadikan obat. Ai’ Mante yang di keramatkan oleh orang Mantar. Dan ada penjaganya. Ai’ Mante merupakan tempat orang bayar nazar yang ketika itu begitu angker. Apapun yang ada di lokasi itu tidak boleh dibawah pulang apalagi sampai berbicara yang bukan-bukan, bisa – bisa ajal menjemput.
Mantar Vilage West Sumbawa

              Ai’ Mante menurut Papin Saleh ( almarhum ), Ai’ Mante ada tiga macam  warna, putih, hijau dan merah. 1. Warna putih pertanda , desa dalam keadaan aman dan curah hujan berlimpah ruah. 2. Warna hijau pertanda kemarau panjang dan curah hujan berkurang. 3.  Warna merah pertanda Desa Mantar dalam keadaan bahaya. Menurut Papin Saleh, penunggu Ai’ Mante meminta tumbal sehingga seluruh hukum adat mengadakan Tulak Bala (tolak bala). Dengan mengadakan takbir keliling desa dan sampai setiap pintu masuk desa di Azan.

BACA JUGA : Desa Mantar adalah Desa Ahli Ekonomi

              Ibu – ibu membawa nasi serta lauk- pauk dengan dulang  untuk memberi makan anak – anak di sore hari. Dan menggoreng padi bulu dibawah tangga dan di buat topat pisor (ketupat) lalu di antar ke Ai’ Mante sebagai sesaji dan persembahan pada penghuni Ai’ Mante. Papin Saleh yang malamnya kekadang tak dapat tidur karena terus didatangi oleh penghuni Ai’ Mante dengan meminta ayam putih kaki yang ber-arti manusia atau hewan lainnya. Sehingga ritual itu terus dilakukan setiap sore harinya sampai benar – benar di terima.



*Hasil wanwancara peserta KKN dengan Bapak Adnen (tokoh masyarakat)
*KKN Undova 2015

3 Comments

  1. Sdh lama nggak ke Mantar. Pengen ke Mantar sambil nulis tentang keindahan Mantar. Ayo kapan kita ke sana?

    ReplyDelete

Post a Comment

Previous Post Next Post

FEATURE