SEJARAH DESA MANTAR | SUMBAWA BARAT
Dahulu hingga sekarang
desa mantar yang terdapat di atas bukit/gunung yang tinggi dan datar, gunung
yang bernama “Olat Mante” (gunung
mante).

Sejarah desa mantar
ini tidak lepas dari Bangka Bela’ (kapal pecah). Dahulu pada zaman
Indonesia dijajah oleh bangsa portugis terjadi pelarian dari pulau jawa menuju
timor – timor (timor leste). Mereka naik perahu (kapal) diatas perahu tersebut
ada bermacam macam suku dan bangsa. Sampai diselat alas perahu dihantam oleh
angin dari timur dan rusak, hingga terdamparlah mereka disebelah barat pulau
Sumbawa yaitu di tua nanga. Konon
perahu tersebut menjadi batu sampai sekarang batu itu dinamakan batu Bangka bela’ (Kapal Pecah).
Dengan peristiwa atau
kecelakaan diatas, ada tokoh-tokoh yang selamat dari bencana tersebut, mereka
dari berbagai suku seperti orang jawa, barat, cina, dan negro. Untuk menyambung
hidup mereka setelah habis bahan makanan dan air minum, mereka berpencar sehingga
ada yang naik ke gunung mante dan ada
yang naik ke gunung remo. Setelah
berpencar, sehingga kelompok yang naik ke gunung mante mendapati penduduk asli yang hidupnya berladang dan berkebun.
Dengan pertemuan itu dan setelah berbaur antara penduduk asli dan pendatang
yang mana nene moyang dari masyarakat mantar, baru lah mereka bisa membuat
rumah sendiri.
Waktupun terus
berputar pendudukpun bertambah, yang mana di desa loka itu sering mengalami
kehabisan air, sehingga dengan pencarian mata air sehingga ditemukanlah mata
air mante “Ai’ Mante” yang saat ini terletak di Desa Mantar Baru. Lalu dengan
kesepakatan mereka memutuskan untuk pidah ke Desa Mantar Baru yang sudah resmi
dijadikan desa mantar. Dengan latar belakang itulah nama Mantar yang berasal
dari orang terlantar dan berpencar.
BACA JUGA : Berikut Tempat Wisata yang bisa Anda Kunjungi di Kabupaten Sumbawa Barat
Adapun tokoh isi
perahu “kapal pecah” tersebut:
·
Singarianingrat
·
Abdul Rahman
·
Menteri Muru
·
Lepang Elek (pang elek)
·
Bingo Rontoh
·
D. Tire
·
P. Mompong
·
Necowe
·
B. Upu
·
Kaki Ande.
Dengan barang bawaan
yang masih ada sampai saat ini seperti: Guci, Gali Punti dan Gong berukuran
kecil.
Oleh karena itu Desa
Mantar yang merupakan Desa yang memiliki historis yang kuat dan dalam begitupun
dengan masyarakat yang memiliki kearifal local yang kuat pula hingga saat ini
tidak salah dan pantas dijadikan sebagai desa budaya.
-
Cerita diatas ditulis berdasarkan hasil wawancarai Bapak Abdul Hayat (Mantan
Kepala Desa Pertama), beliau mengatakan bahwa cerita ini didapatkan semenjak
beliau berumur 17an tahun yang diambil dari pemuka atau tokoh yang berumur 100an
tahun. Beliau mendapat dari narasumber seperti :
1.
H. Muhammad
2.
Kepala Sutaji
3.
Pre
4.
H. Aem
5.
Nde. Tano
6.
Nde. Gani
7.
P.We
Brain Nutritions. Referensinya kuat
ReplyDeletePost a Comment